KRICOM - Meski Pilpres 2019 masih dua tahun lagi, namun pembicaraan mengenai siapa sosok yang akan mencalonkan sebagai orang nomor satu dan dua di Indonesia telah ramai diperbincangkan. Bahkan, sejumlah lembaga survei telah melakukan polling.
Terkait hal ini, nama Presiden Joko Widodo masih dianggap sebagai calon yang sangat berpotensi untuk kembali diusung PDIP dan memenangkan perhelatan lima tahunan tersebut.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengungkapkan ada sejumlah nama-nama cawapres yang dianggap dapat meningkatkan suara Jokowi di Pilpres 2019. Nama-nama itu mulai dari Basuki Tjahaja Purnama hingga Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
"Dari simulasi enam belas nama, ada Sri Mulyani, Gatot Nurmantyo, Ahok, Tri Risma Harini, Tito Karnavian, Ridwan Kamil," ujar Burhanuddin, di Warung Solo, Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (20/10/2017).
Jika dikerucutkan menjadi 8 nama, suara Ahok memang paling tinggi, yakni 16 persen, disusul Gatot meningkat dari sebelumnya 10 persen jadi 14 persen, lalu disusul Sri Mulyani yang angkanya naik menjadi 10 persen dari sebelumnya 8 persen. Selain itu muncul nama Ridwan Kamil meningkat menjadi 8 persen, dan ada nama Risma.
Bahkan jika diruncingkan kembali menjadi tiga nama, yakni Gatot, Sri Mulyani dan Tito, dengan tentunya nama Ahok masih diurutan paling atas.
Menurut Burhanuddin, sosok Gatot dipandang akan meningkatkan suara Jokowi karena dapat mengumpulkan pendukung muslim dan militer. Sementara sosok Ahok, Sri Mulyani dan Risma dianggap bisa melengkapi Jokowi dari segi birokrasi atau good governance.
"Governance jadi lebih penting meski enggak ada nilainya kalau kalah. Dari sisi elektoral Gatot punya nilai plus. Dari sisi Governance Risma Ahok dan Ahok bisa jadi nilai tambah," ujarnya.
Ia mengatakan untuk memilih cawapres harus dinilai dari faktor elektabilitas atau winning election, good governance dan konsolidasi partai politik. Akan tetapi yang paling penting adalah sosok cawapres yang diusung daripada faktor lainnya.
Survei ini sendiri digelar pada 17-24 September. Dengan populasi seluruh warga negara Indonesia yang yang mempunyai hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1. 220 responden. Margin of error rata-rata dari survei dengan ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.