KRICOM - Angka elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) masih tertinggi di survei yang dilakukan oleh Roda Tiga Konsultan (RTK). Sayangnya, elektabilitas pria yang pernah menjabat sebagai Walikota Solo ini tidak signifikan.
Padahal dengan posisi sebagai incumbent, Jokowi banyak diuntungkan. Seharusnya angka elektabilitas Jokowi bisa mencapai 50 persen.
Direktur Riset RTK, Rikola Fedri menuturkan, elektabilitas yang di bawah 50 persen karena ada ketidakpuasan respon RTK dengan kinerja Jokowi sebagai pemimpin Indonesia.
"Ini dimungkinkan karena masih ada bidang-bidang yang dianggap masyarakat belum berhasil diselesaikan oleh Jokowi," ujar Rikola saat ditemui di Jakarta Selatan, Minggu (22/10/2017).
Terutama, lanjut Rikola, masyarakat merasa kurang puas terhadap Jokowi lantaran lapangan pekerjaan masih sedikit. Tidak hanya itu, penegakkan hukum yang berkeadilan menjadi sorotan respon RTK.
"Antara lain permasalahan lapangan kerja, harga kebutuhan pokok dan penegakkan hukum," ujar dia.
Dia menyebut, responden yang puas terhadap kinerja Jokowi hanya berada di wilayah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi.
"Sementara di Sumetera dan Jawa serta Maluku, Papua tidak terlalu tinggi," pungkasnya.
Dalam hasil survei secara terbuka RTK, nama Jokowi mengantungi elektabilitas sebesar 29,8 persen sebagai capres. Sementara hasil metode secara semi terbuka pria yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI ini mengantungi elektabilitas 36,6 persen sebagai capres.
Adapun metode survei secara terbuka yakni para reponden dari RTK dibebaskan memilih calon yang diinginkan. Sedangkan metode semi terbuka yakni para responden sudah disodori nama-nama capres yang bakal dipilihnya.
Diketahui survei dilakukan RTK pada 15 sampai 29 September 2017. Survei dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling dengan melibatkan 2.600 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Tercatat margin of error dari survei sebesar 1,96 persen.