KRICOM - Maraknya video porno yang beredar dan direkam oleh orang Indonesia menjadi perhatian tersendiri. Dari sudut pandang psikologi, merekam video porno itu bisa dikatakan sebuah tindakan melenceng.
Menurut Psikolog Sosial Lisa Djapri kecenderungan seseorang merekam adegan seks mereka, dipastikan memiliki kepribadian impulsif. Menurutnya, impulsif yang dimaksud yakni melakukan sesuatu tanpa pemikiran matang.
"Contoh kecil kepribadian implusif orang yang gila belanja, dia enggak mikir, ATM jebol uang abis, kalau belanja ya belanja aja gitu. Tanpa dipikir kalau akhir bulan dia bisa saja kelaparan. Nah, mereka yang merekam adegan seks masuk kategori ini," ujar Lisa saat dihubungi Kricom, Minggu (29/10/2017).
Meski demikian, menurut Lisa belum ada ketentuan dalam disiplin ilmu psikologi yang menjelaskan tentang perilaku semacam itu. Sebab, perilaku tersebut hanyalan gejala narsistik.
"Kecenderungan merekam adegan seks hanya petualangan saja, narsistik. Mereka semakin merasa puas ketika mereka nonton film porno dan pemainnya mereka sendiri itu," lanjutnya.
Selain kelainan kepribadian, kata Lisa, dorongan dari orang sekitar pelaku seksual, juga bisa jadi penyebab mereka merekam adegan seksnya.
"Sangat complicated. Pola asuh, lingkungan, kedua orang tersebut sendiri, temen-temennya juga bisa jadi pengaruh. Bisa saja ada dorongan dari orang sekitar melakukan hal itu ya enggak apa-apa," kata dia.
Untuk itu, lanjut Lisa, tanggung jawab pasangan sangat penting agar hal-hal pribadi tidak sampai menjadi konsumsi publik.
Jika terlanjur demikian, akibatnya bisa fatal. Tentunya tidak ada orang yang mau harus menanggung malu seumur hidup, bahkan sampai meringkuk di penjara hanya gara-gara kenikmatan sesaat.