KRICOM - Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali menjadi korban fitnah untuk yang kesekian kalinya. Kali ini, dia disebut turut andil dalam korupsi e-KTP ketika masih menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah Badrun menilai ada banyak faktor yang membuat SBY acapkali menjadi sasaran serang politik.
"Salah satunya karena dia punya partai besar, tentu sesama partai punya cara menghancurkan partai lain jadi sebetulnya maknanya ganda," kata Ubedillah saat dihubungi Kricom.id, Rabu (7/2/2018).
"Di satu sisi tujuannya bisa untuk menjatuhkan elektabilitas demokrat atau mau menjatuhkan elektabilitas kader-kader terbaik demokrat, salah satunya AHY," tambah Dosen Sosiologi Politik ini.
Meski terbilang sebagai pendatang baru, namun Ubedillah melihat sosok AHY cukup ditakutkan lawan politiknya. Putra sulung SBY ini dinilai memiliki jiwa pemimpin seperti yang dimiliki ayahnya.
"AHY itu tokoh muda punya kapasitas punya potensi untuk jadi pemimpin masa depan. Dan SBY berhak mencalonkan putra sulungnya menjadi politikus," tuturnya.
Namun terlepas dari itu, orang-orang di luaran sana ingin menyerang SBY lantaran dia selalu terhindar dari isu miring selama dua periode menjabat sebagai Presiden.
Jadi begitu melihat ada kesempatan seperti ini, lawan politik SBY langsung 'menggoreng' isu tersebut ke mana-mana.
"SBY itu selama dua periode (jadi presiden) tentu amanlah, tidak ada gangguan sehingga menimbulkan pertanyaan dari lawan politiknya. Sekarang begitu ada nama muncul akhirnya jadi peluru tajam," tandasnya.
Serangan yang menimpa SBY ketika tahun politik bukan baru kali ini saja terjadi. Sehari sebelum Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu, dia juga diserang lewat tudingan mantan Ketua KPK Antasari Azhar terkait kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen.
Pernyataan itu dilontarkan Antasari sehari sebelum pemungutan suara putaran pertama. Alhasil keesokan harinya, dukungan suara AHY-Sylviana Murni jeblok. Keduanya gagal melenggang ke putaran dua.