KRICOM - Donald Trump tampaknya benar-benar ingin membawa perubahan di Amerika Serikat (AS) selama dirinya menjabat sebagai Presiden di Negeri Adidaya tersebut.
Belum lama ini, sosok yang juga dikenal sebagai seorang pebisnis handal dan sempat menjadi salah satu orang terkaya di dunia tersebut meminta kepada Kementerian Pertahanan untuk menggelar sebuah parade militer di Washington. Usulan tersebut ia sampaikan saat dirinya bertemu dengan Menteri Pertahanan Jim Mattis dan sejumlah pejabat terkait di Gedung Pentagon.
"Soal penyelenggaraan acara tersebut, saya ingin sebuah parade seperti yang ada di Perancis," ujar seorang pejabat tinggi AS yang namanya tidak disebut, seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (6/2/2018).
Menurut Gedung Putih, permintaan Trump adalah hal yang wajar. Pasalnya, parade tersebut dipandang sebagai bentuk penghargaan terhadap para anggota militer AS.
"Presiden Trump sangat mendukung para anggota militer yang melayani Amerika, yang berani menanggung resiko setiap hari demi menjaga keamanan negara ini," ujar Sekretaris Gedung Putih, Sarah Sanders.
Namun sampai saat ini usulan tersebut masih sebatas wacana. Pasalnya pihak-pihak terkait mengaku akan membahas secara mendalam terkait usulan tersebut, khususnya soal tata cara penyelenggaraan parade militer tersebut.
"Hal ini masih didiskusikan di tingkat tertinggi militer," ujar salah seorang sumber dari Pentagon.
Sayangnya usulan tersebut tak sepenuhnya mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Pasalnya parade militer hanya akan menunjukkan bahwa Trump adalah seorang presiden yang memiliki kecenderungan untuk menjadi seorang otoritarian.
"Donald Trump terus menunjukkan tanda-tanda dirinya memiliki sikap otoritarian dan (parade militer) ini adalah salah satu contoh yang amat mengkhawatirkan," ujar Paul Eaton, salah seorang anggota komite veteran AS, VoteVets.
Tak hanya itu, salah seorang mantan anak buah Presiden AS ke-43, George W. Bush, Richard Painter juga mengecam usulan Trump. Tak main-main, bahkan Trump disamakan dengan salah satu lawannya, yaitu Pemimpin Besar Korea Utara, Kim Jong-un.
"Baguslah. Ini akan seperti Korea Utara dan Rusia. Namun apa yang harus kita lakukan terhadap para pengkhianat yang tidak bertepuk tangan ketika pemimpin kesayangan kita berpidato?" ujar Painter yang juga merupakan kader Partai Demokrat AS.