KRICOM - Pernyataan Mabes TNI soal efek bahaya senjata amunisi milik Brimob dinilai berpotensi membuat gaduh. Padahal, Brimob adalah salah satu institusi pertahanan negara yang dimiliki Polri sehingga perlu dipersenjatai dengan maksimal.
Menurut Komisioner Kompolnas, Andrea Poeloengan, amunisi tajam hanya akan digunakan untuk upaya terakhir.
"Di dalam mewujudkan Harkamtibmas, khususnya yang berintensitas dan berskala tinggi seperti Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Korps Brimob Polri juga dihadapkan pada tugas penanggulangan konflik sosial berupa huru-hara, tindakan anarki, dan rusuh massal. Jadi, grenade launcher dapat diperlakukan sebagai laras licin yang diisi dengan amunisi gas asap/gas air mata sebagai perlengkapan pasukan PHH dan Anti anarki," kata Andrea dalam keterangan persnya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/10/2017).
Menurut Andrea, pada hakikatnya sebuah keniscayaan bahwa Polri perlu dipersenjatai semodern mungkin, terlebih Brimob, karena Polri harus menjaga stabilitas kamtibmas dalam kondisi apa pun, termasuk pada saat oknum atau kelompok tertentu yang memiliki senjata.
"Seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada masa lalu, yaitu upaya-upaya sejumlah oknum militer untuk melakukan gangguan stabilitas Kamtibmas," tuturnya.
Andrea meyakini, amunisi tajam yang disimpan di Mabes TNI memang amunisi tajam jenis anti personel karena memang Brimob Polri butuh untuk operasi penegakan hukum skala tinggi menghadapi kejahatan insurgensi dan terorisme.
"Akan tetapi menurut keterangan dari salah satu anggota Polri bahwa sesungguhnya amunisi tajam tersebut tidak mematikan, hanya mengejutkan dengan suara keras dan sebaran timah. Bahkan kambing dan ayam dalam jarak 9 meter dari titik ledak juga tidak apa-apa. Lalu apanya yang istimewa?" ungkapnya.
Fakta bahwa ketika Brimob beberapa kali kontak ditemukan senjata sniper berat 12.7 mm di Poso, maupun kaliber 7.62 mm yang digunakan KKB di Papua.
Apalagi ketika mereka berhadapan dengan GAM di Aceh yang lengkap dengan RPG juga, adalah sebagian kecil dari alasan mengapa Polri dan khususnya Brimob harus dipersenjatai dengan canggih.
''Selain karena negara ini pernah mengalami upaya untuk mengganggu pemerintahan yang sah oleh sekelompok oknum bersenjata," tuturnya.
Mabes TNI resmi menerima ribuan pucuk senjata dan amunisi miliki Brimob Polri yang dipesan dari Ukraina beberapa waktu lalu. Senjata itu kini sudah disimpan di gudang amunisi Mabes TNI dan dijamin keamanannya.
Total ada 5.932 amunisi yang disimpan dalam 71 koli. Amunisi yang dimiliki oleh Brimob itu memiliki ancaman yang sangat berbahaya, yakni mempunyai radius mematikan 9 meter dan jarak capai hingga 400 meter.
Selain itu, keistimewaan amunisi ini yakni setelah meledak, dia akan pecah dan memunculkan lubang yang berisi serpihan-serpihan kecil yang tajam. Selanjutnya, granat ini bisa meledak sendiri tanpa benturan, setelah 14 detik lepas dari laras.
Diketahui, senjata yang sempat ditahan BAIS TNI itu adalah senjata Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46 mm sebanyak 280 pucuk dan 5.932 butir peluru.