KRICOM - Krisis kemanusiaan yang menimpa warga Rohignya kembali mendapatkan sorotan tajam dari dunia internasional. Kali ini, giliran India yang angkat suara mengutuk keras sikap pemerintah Myanmar yang dianggap mengabaikan warga Rohingya yang tengah mencari tempat pengungsian di Bangladesh.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri India, Sushma Swaraj meminta kepada Myanmar agar segera menerima kembali para warga Rohingya. Menurut Swaraj, sikap pemerintah Myanmar yang keras kepala telah membuat negara lain, khususnya Bangladesh, menderita kesulitan.
"Myanmar harus mengambil kembali para warga negaranya. Situasi seperti ini telah membebani Bangladesh. Berapa lama Bangladesh dapat bertahan dengan krisis pengungsi ini? Myanmar harus menyediakan sebuah solusi permanen untuk mengatasi krisis ini," ujar Swaraj usai dirinya bertemu dengan Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina.
Swaraj juga mendesak agar Myanmar segera mengakui warga Rohingya sebagai warga negaranya. Pasalnya sampai saat ini, Myanmar kerap menyebut Rohingya sebagai warga pendatang yang tak layak untuk diberikan kewarganegaraan Myanmar.
"Kami meminta agar situasi ini ditangani secara terukur," ucapnya, seperti dikutip dari Washington Post, Minggu (22/10/2017).
Tak hanya mengutuk Myanmar, Swaraj juga mengusulkan agar pemerintah negara yang dahulu bernama Burma tersebut ikut membangun perekonomian di Negara Bagian Rakhine, tempat warga Rohingya tinggal.
"Menurut pendapat kami, satu-satunya solusi jangka panjang dalam mengatasi situasi di Negara Bagian Rakhine adalah membangun sosio-ekonomi dan infrastruktur yang mampu memberikan hal yang positif terhadap seluruh komunitas yang ada di negara bagian tersebut," papar Swaraj.
Seperti diketahui, sampai saat ini warga Rohingya masih terus memenuhi tempat pengungsian di Bangladesh. Menurut perhitungan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, setidaknya terdapat lebih dari 500 ribu warga Rohingya yang kini berada di kamp pengungsian Bangladesh.
Adapun aksi tersebut dilakukan warga Rohingya menyusul aksi represif yang dilakukan oleh militer Myanmar yang dituding melakukan pembunuhan dan pembakaran rumah-rumah warga di Negara Bagian Rakhine. Mereka beralasan, aksi tersebut merupakan bagian dari operasi militer untuk mencari para teroris yang telah membunuh sejumlah personel militer di Rakhine, beberapa waktu lalu.