KRICOM - Mudahnya beredar berita bohong atau hoax yang bisa memicu keresahan masyarakat adalah paradok milenial. Kemudahan berkomunikasi di era digital justru menjadi penyebab permusuhan sesama anak bangsa.
"Karenanya, pesantren harus mengambil peran sebagai pelopor gerakan literasi generasi milenial untuk mencegah menjamurnya hoax," kata Ketua Lembaga Dakwah PBNU, Maman Imanulhaq dalam Seminar Nasional bertajuk, “Peran Santri dalam Membangun Bangsa di Era Milenial," di Ponpes Assalafie, Babakan Ciwaringin, Cirebon, Rabu (27/12/2017).
Seminar yang digelar untuk memperingati Maulid Nabi itu menghadirkan pembicara Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Waryono Abdul Ghafur. Juga sejumlah tokoh lainnya, Ketua PCNU Cirebon, Aziz Hakiem Syaerozie, Pengasuh PP Assalafie Azka Hamam Syaerozie, Asep Saefulloh, dan Burhanuddin.
Kang Maman, sapaan akrab Maman Imanulahq, menegaskan, UU Informasi dan Transaksi Elektronik tak memadai untuk meminimalisir mewabahnya hoax. Oleh sebab itu, harus ada gerakan literasi yang mampu mencerdaskan generasi milenial.
"Di sinilah pentingnya pesantren," tegasnya.
Menurut anggota Fraksi PKB DPR ini, sejak manusia mengenal tulisan dan berhasil menciptakan kertas, peradaban manusia mengalami kemajuan pesat. Sekarang era digital yang melahirkan sosial, kata dia, seharusnya menjadikan penggunanya lebih cerdas, bijak dan manusiawi.
"Tapi realitanya justru banyak yang terlihat tidak rasional, mudah emosi dan terjebak sekterian gara-gara sosial media," kata pengasuh Pondok Pesantern Al Mizan, Jatiwangi, Majalengka itu.
Dalam kesempatan itu juga, Kang Maman memotivasi keluarga besar Pesantren Assalafie untuk menulis apa saja yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, misalnya, sejarah, tokoh, kuliner dan dinamika masyarakat.
"Tulisan itu ibarat kotak yang menyimpan permata dan sekaligus jembatan antar generasi terdahulu dengan generasi yang hidup jauh setelahnya," ujarnya.