KRICOM - Diseretnya nama Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke pusaran kasus korupsi e-KTP mengingatkan pada 'penyerangan' H-1 Pilkada DKI Jakarta lalu. Pasalnya, akibat serangan itu, AHY kalah.
Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Petrus Selestinus menilai, serangan yang muncul terhadap SBY dikarenakan power yang dimiliki mantan orang nomor satu di Indonesia ini.
"Kekuatan SBY meskipun sudah kehilangan kekuasaan di eksekutif pusat, tetapi kekuatan di legislatif dan sejumlah eksekutif daerah masih kuat untuk menopang Partai Demokrat memainkan peran sentral dalam perpolitikan kita," ujarnya kepada Kricom.id, Rabu (7/2/2018).
"Selain itu SBY baru kehilangan kekuasaan setelah 10 tahun menjadi presiden, tentu apa yang menjadi timpang dalam kaitan dengan kondisi ekonomi, politik dan hukum pasti SBY akan menjadi kambing hitam bahkan dijadikan sebagai aktor yang harus bertanggung jawab," tambahnya.
'Serangan' terhadap SBY baru-baru terjadi saat pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya mengaitkan namanya dengan kasus korupsi e-KTP.
Partai Demokrat menilai Firman menyampaikan berita bohong di luar persidangan dan membentuk opini yang sesat. Sehingga SBY mengambil sikap dan memolisikannya dengan tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik.