KRICOM - Keberadaan Geng Motor Jepang yang menjarah toko busana tak luput mendapat perhatian dari pengamat sosial. Mereka menilai terjadinya fenomena ini karena adanya kesalahan Pemkot Depok yang tidak jeli mengatasi aksi kenakalan remaja.
Sosiolog dari Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Musni Umar mengungkapkan, ada lima faktor yang tidak diperhatikan pemerintah daerah sehingga membuat geng motor sulit diatasi.
Di antaranya, minimnya perhatian pendidikan kepada anak yang putus sekolah, sedikitnya lapangan pekerjaan, dan tidak adanya perhatian orang tua terhadap pergaulan anak baru gede (ABG).
“Ini kesalahan yang terjadi di Pemkot Depok sehingga para anak di bawah umur memilih jalan alternatif dengan cara bergabung dengan teman-temannya dalam sebuah kelompok. Apapun yang terjadi semua itu karena mereka tidak tahu lagi mencari jalan keluar sehingga kegiatan kriminal dilakukan,” tuturnya kepada Kricom saat dikonfirmasi, Kamis (28/12/2017).
Dijelaskan Musni, fokus yang diberikan Pemkot Depok selama ini diutamakan kepada pembangunan fisik semata. Padahal, dalam kemajuan daerah pembagunan sumber daya manusia pun sangat diperlukan. Apalagi, sejak dahulu Pemkot Depok sudah menggembargemborkan program Kota Layak Anak (KLA).
“Kemungkinan pembangunan SDM ini dikesampingkan, padahal ini yang utama. Kalau SDM daerah sudah kuat kegiatan apapun pasti akan sukses dikerjakan. Harusnya kesalahan ini disadari agar apa yang diinginkan cepat tercapai semua,” jelasnya.
Dan untuk itu pula, Musni menyarankan Pemkot Depok segera memperbaiki kesalahan program kerja daerah tersebut. Salah satunya memfokuskan angka putus sekolah, dan memperbanyak lapangan pekerjaan.
Sebab jika pengembangan model pembangunan fisik masih dilakukan, maka akan membuat SDM cenderung menjadi hedonis dan menghambakan materi.
“Oleh karena itu, fenomena geng motor jangan hanya dilihat dari perilaku mereka yang melakukan penjarahan toko. Sejatinya adalah kegagalan pembangunan yang mengutamakan fisik ketimbang pembangunan karakter manusia,” ungkapnya.