KRICOM - Jenderal Gatot Nurmantyo tentu mempunyai kesempatan apabila ingin maju dalam Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Apalagi sebentar lagi dia akan pensiun dari jabatannya sebagai Panglima TNI.
Pengamat Politik Karyono Wibowo menilai kesempatan Gatot akan terbuka setelah pensiun pada Maret 2018 mendatang. Sebab selama ini dia selalu disebut-sebut selalu berpolitik dengan menggunakan alat TNI.
"Kalau dia sudah tak menjabat lagi, tentu 'jenis kelaminnya' akan terlihat. Dia bisa leluasa menjalin relasi dengan tokoh-tokoh politik atau membangun jaringan," kata Karyono saat dihubungi Kricom di Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Jika ingin mendulang banyak suara, Karyono menyarankan agar Gatot tak menjalin hubungan dengan kelompok Islam garis keras seperti alumni 212 dan sempalan-sempalannya.
"Itu segmen pemilihnya terbatas ya kelompok itu saja. Justru itu malah merugikan bagi dia dan siapapun yang ingin maju di Pilpres 2019," ungkapnya.
Apabila jenderal bintang empat ini terlihat akrab dengan alumni 212, Karyono khawatir Gatot akan dicitrakan sebagai bagian intoleran dan anti kebinekaan. Hal itu bisa berdampak pada keterbatasan jumlah pemilih.
"Kalau serius maju jadi Presiden dia harus mampu turun ke semua lapisan masyarakat. Visi misi juga harus jelas dan tunjukkanlah sebagai brand dia sebagai Gatot jangan sampai berubah," tambahnya.
Direktur Indonesia Public Institute ini berharap agar Gatot menguatkan dirinya sebagai negarawan yang pluralisme.
"Dengan begitu, dukungan dari masyarakat minoritas akan semakin kuat," tutup Karyono.