KRICOM - Korea Utara akhirnya bersedia untuk membuka jalur diplomasi dan berdiskusi dengan Korea Selatan. Sikap yang ditunjukkan oleh negara Marxis-nasionalis ekstrem ini merupakan sebuah sikap positif, mengingat pertemuan antara kedua negara tersebut merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak dua tahun silam.
Menurut kabar yang dirilis The Guardian, Jumat (5/1/2018), pertemuan antara Korea Utara dan Korea Selatan rencananya akan dilangsungkan pada pekan depan, di sebuah desa bernama Panmunjom. Desa tersebut berlokasi dekat dengan Zona Demiliterisasi (DMZ).
Namun sampai saat ini masih belum dipastikan hal-hal apa yang akan didiskusikan oleh kedua belah pihak. Menurut pejabat Korea Utara yang enggan disebutkan namanya, salah satu agenda pertemuan adalah membicarakan keikutsertaan Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin yang akan dilangsungkan di Pyeongchang, Korea Selatan.
Di samping itu, kemungkinan besar kedua negara juga akan membicarakan krisis nuklir di Semenanjung Korea yang masih berlarut-larut hingga saat ini.
"Kedua belah pihak memutuskan untuk berdikusi berbagai isu dengan saling bertukar dokumen," ujar salah seorang pejabat Korea Selatan, Baik Tae-hyun.
Pertemuan tersebut disambut baik oleh berbagai pihak, kecuali Amerika serikat (AS). Dalam sebuah pernyataan beberapa waktu lalu, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengatakan pihaknya tidak akan memberikan dukungan pada pertemuan tersebut. Pasalnya, AS merasa Korea Utara masih belum berniat untuk menghentikan program pengembangan senjata nuklirnya.
"Kami tidak butuh senyum dan gambar-gambar yang bagus. Kami hanya butuh Korut untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir. Jadi, Korut bisa berbicara dengan siapapun, tetapi AS tidak akan mengakui pembicaraan tersebut, sebelum mereka melarang senjata nuklir," ujar Haley, Selasa (2/1/2018) silam.