KRICOM - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump masih terus melontarkan pidato-pidato yang berpotensi memanaskan perseteruan antara negaranya dengan Korea Utara (Korut). Bila sebelumnya Trump menyebut Pemimpin Besar Kim Jong-un dengan julukan 'Manusia Roket', kali ini pria berusia 71 tahun tersebut memilih kata-kata yang lebih keras.
Dalam sebuah kesempatan saat berkunjung ke Korea Selatan (Korsel), Trump dalam salah satu pidatonya menyebut Korut sebagai sebuah negara yang amat mengerikan. Ia bahkan mengatakan bahwa negara penganut Marxis-nasionalisme ekstrem tersebut sebagai sebuah tempat yang mirip dengan neraka.
"Korea Utara bukanlah surga seperti yang didambakan kakek-nenek kalian. Korea Utara adalah sebuah neraka yang tidak layak ditempati oleh siapapun," ujar Trump yang pada saat melontarkan kalimat itu hanya berjarak sekitar 190 km dari Pyongyang.
Tak sampai di situ, Trump juga menyinggung Korut dengan sebutan-sebutan yang terbilang kasar. Setidaknya, menurut kabar yang dirilis The Washington Post, terdapat kata 'sinting', 'kejam', 'tiran', 'fasisme', dan 'aliran sesat' dalam pidato Trump, merujuk pada kondisi di Korut saat ini.
Meskipun berpotensi menimbulkan konflik panas, tetapi perkataan Trump justru mendapatkan sambutan dari beberapa warga Korut yang berhasil melarikan diri dari negara tersebut.
"Saya saat itu ingin berdiri dari kursi saya dan berteriak, 'Yahoo!'," ujar Lee Hyeon-seo, seorang pelarian dari Korut. "Kami tidak pernah mendengar seseorang berani berbicara soal Korut seperti ini di Korsel dan saya menjadi begitu emosional selama Trump berpidato. Saya sangat kagum."
Seperti dikabarkan sebelumnya, Presiden Trump saat ini tengah dijadwalkan untuk melakukan kunjungan ke beberapa negara Asia. Pekan ini, dirinya telah mengunjungi Jepang dan Korsel dan saat ini telah mendarat di Cina untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Dalam setiap kunjungannya, Trump akan membicarakan berbagai persoalan menyangkut hubungan internasional. Namun pria yang juga dikenal sebagai pengusaha real estate tersukses di dunia tersebut akan turut membahas soal krisis nuklir yang tengah terjadi di Semenanjung Korea.