BELUM usai dengan kasus dugaan penistaan agama karena menyitir Surat Al Maidah, Ahok kembali melempar bola panas yang makin menyulut kegeraman umat Islam terhadapnya. Melalui akun media sosialnya, Ahok mengunggah video kampanye yang sontak membuat heboh dunia maya.
Dalam video tersebut, terlihat potongan adegan saat beberapa orang berpeci hitam dan putih serta serban, berdemo dengan latar belakang spanduk putih bertuliskan 'Ganyang Cina' dengan huruf berwarna hijau.
Tak bisa disangkal bahwa penggunaan atribut yang dipakai para pendemo dalam video kampanye tersebut merujuk pada identitas umat muslim. Sungguh tak perlu orang yang paham agama untuk segera menyimpulkan bahwa umat Islam doyan berbuat kekerasan.
Ahok seperti memakai kacamata kuda dan sangat tidak peka dengan kondisi psikologis umat Islam yang meradang dengan ulahnya yang terus memicu kontroversi. Bahkan bisa dibilang, video itu seperti sedang mengadu domba antara umat Islam dengan etnis Cina. Padahal, semua kita adalah pribumi, semua manusia yang cinta tanah air patut kita sebut pribumi, apa pun etnisnya, apa pun agamanya.
Akibatnya gampang ditebak, orang-orang seperti dikomando dan ramai-ramai menghujat Ahok dan timsesnya. Bahkan video kampanye Ahok itu disebut sebagai upaya propaganda serta merupakan bentuk agitasi dan provokasi demi menggiring opini massa agar memilihnya di Pilkada DKI.
Ahok juga dituduh telah mendiskreditkan umat Islam, memecah belah keberagaman, dan memicu permusuhan antaretnis dan agama. Sebuah tuduhan yang tidak main-main dan berpotensi merusak tatanan kehidupan bermasyarakat karena sudah menyinggung norma sosial dan keagamaan.
Efek bahasa gambar jauh lebih dahsyat daripada narasi, itu yang sepertinya lolos dari perhatian Ahok dan timsesnya saat mengunggah video kampanye di media sosial. Dan inilah yang sangat disayangkan. Bukannya meraup simpati, tindakan tersebut justru mendulang antipati dan kecaman dari pihak-pihak yang merasa dihinakan.
Sepertinya Ahok dan para pendukungnya tak juga belajar dari pengalaman. Semestinya kasus Al Maidah yang menjerat sang petahana membuat mereka berpikir lebih cerdas sebelum melempar isu yang justru kontraproduktif.