KRICOM - Pengamat politik Arbi Sanit menyindir dugaan permintaan 'mahar' dari Partai Gerindra kepada La Nyalla Matalitti. Menurutnya, permintaan itu sama saja menjadikan parpol sebagai tempat pasar tempat berdagang.
Menurut Arbi, jika itu benar terjadi, tentu saja merupakan preseden buruk bagi partai politik.
"Ini kan masalahnya jadi bisnis dan dagang. Dalam waktu orang bisa menjadi calon, dia dipancing oleh Partai Gerindra, ya kena dia. Jadi bisnis, judi. Posisi Gubernur itu menjadi perjudian," kata Arbi kepada Kricom di Jakarta, Jumat (12/1/2018).
Arbi melanjutkan, meski apa yang dilakukan Gerindra sama sekali tak melanggar hukum, hal itu justru berdampak buruk bagi perkembangan politik ke depan.
"Tak ada hukum yang melarang. Kan itu pemberian. Rasa terimakasih. Pasti enggak bagus untuk demokrasi. Yang jual bukan pemilik, emang Gerindra punya kursi kekuasaan, kan enggak juga," papar dia.
Namun, Arbi yakin, apa yang dilakukan Gerindra ini bukan tanpa alasan. Sebab, Pilkada serentak bakal dijadikan pertaruhan di Pilpres 2019 mendatang.
"Kursi gubernur itu menjadi jalan tol untuk menuju kursi Presiden. Itulah harga yang harus dibayar. Itu posisi yang bisa dijual oleh orang-orang yang berkuasa untuk memajukan calon. Kemungkinan benar memang tujuannya untuk itu," tutup dia.
Diketahui, kemarin La Nyalla buka-bukaan lewat konferensi pers soal dimintai mahar politik sebesar Rp 40 miliar oleh Ketum Gerindra Prabowo Subianto. La Nyalla menuding gagalnya dia maju dalam Pilgub Jatim akibat dirinya tak mampu memenuhi mahar politik tersebut.