KRICOM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Rex Tillerson mengambil insiatif untuk memulai pembicaraan damai dengan Korea Utara (Korut). Namun langkah tersebut mendapatkan sorotan, karena Tillerson tidak mengindahkan kebijakan yang dibuat oleh Presiden AS Donald Trump.
Seperti dikutip Reuters, Rabu (13/12/2017), Trump sebelumnya menuntut Korut untuk menanggalkan program pengembangan senjata nuklirnya, apabila ingin melakukan negosiasi damai dengan AS. Tuntutan tersebut bertujuan untuk menekan Korut untuk segera melakukan denuklirisasi secara total.
"Sebaiknya kita bertemu saja," ujar Tillerson kepada pemerintah Korut saat berbicara di Komisi Atlantic di Kota Washington, Selasa (12/12/2017) waktu setempat.
Ajakan Tillerson akhirnya turut mengundang reaksi dari Gedung Putih. Lewat sebuah pernyataan, pihak Gedung Putih mengatakan bahwa ajakan Tillerson akan berakhir sia-sia. Gedung Putih juga tidak memaparkan apakah pidato Tillerson sudah disetujui oleh Trump.
"Pandangan Presiden terhadap Korut belum berubah. Korut saat ini sudah mengancam keamanan. Aksi Korut sama sekali tidak baik bagi siapapun dan khususnya bagi rakyatnya sendiri," demikian bunyi pernyataan Gedung Putih.
Sampai saat ini kisruh berkepanjangan antara AS dan Korut masih terus berlangsung. Keduanya kerap terlibat provokasi, terkait sikap Korut yang ngotot untuk terus mengembangkan persenjataan nuklirnya. Korut beralasan, pengembangan nuklir wajib dilakukan untuk mempertahankan diri dari serangan-serangan musuhnya.
Di sisi lain, AS juga terus membalas provokasi Korut dengan menggelar latihan militer gabungan bersama para sekutunya, Jepang dan Korsel. Terakhir, Angkatan Laut AS telah mengirimkan kapal induk USS Ronald Reagan untuk berpatroli di perairan Korea.